Ini dongeng perjalanan seorang lelaki yang pernah meminjamkan uangnya kepada seorang sobat lamanya. Beberapa usang sesudah dirasa dia membutuhkan uangnya kembali dan lelaki ini pun pergi ke rumah sobat lamanya untuk menagih hutang.
Tapi..yang berhasil ditemui ialah istri sahabatnya itu yang menyampaikan suaminya pergi mengunjungi kawannya di seberang kota. Lalu memberi petunjuk kemana sanggup menjumpainya.
Dalam perjalanan sesampai di kota yang dimaksud, sang lelaki melintasi sebuah prosesi pemakaman. Karena tidak merasa buru-buru maka dia ikut berhenti dan mengikuti prosesi pemakaman mayat serta turut mendoakannya.
Adapun daerah pemakaman itu sudahlah berumur sangat tua. Maka tentu tidak sanggup dihindari ketika menggali makam baru,akan tidak sengaja menggali bekas kuburan orang-orang terdahulu. Seperti yang disaksikan oleh lelaki yang sengaja mampir sebentar dalam prosesi pemakaman warga setempat yang bangun menyaksikan itu semua.
Jika itu rezekimu
Saat makam sedang digali, lelaki ini melihat akrab tanah kuburan gres yang sedang dibongkar juga didapatkan kerangka insan yang ikut terusik.
Lalu pandangannya tertuju pada kerangka insan yang di antara dua gigi depannya yang berlumuran tanah terdapat sebutir kacang kacangan. Tanpa berfikir panjang, lelaki ini mengambilnya, membersihkannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Saat lelaki tadi mengunyah sebutir kacang dan menelannya, tanpa disadari seorang Affandi, panggilan orang alim di Turki menghampiri dan menyapanya.
Lalu berkata..
“Apakah kau tahu untuk apa kau berada di kota ini?”
“Oh tentu saja..saya sedang ingin mengunjungi sobat aku untuk menagih hutang”
“Bukan…!, bukan itu.Kamu berada di sini untuk memperoleh kacang yang tadi kau makan. Tidakkah kau sadari bahwa kacang itu sudah diperuntukkan bagimu. Ia tidak diperuntukkan bagi laki-laki yang kerangkanya ikut terbongkar tadi. Sehingga tidak sanggup menelannya. Kacang itu diperuntukkan bagimu dan niscaya akan hingga padamu sekalipun harus bertahun tahun tersimpan di dalam tanah!”
Bersyukurlah
Kisah konkret di atas juga bergotong-royong kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Tapi hingga detik ini sanggup jadi kita masih belum menyadari dan mensyukurinya. Seolah-olah apa yang telah kita dapatkan murni hasil jerih payah dan kecerdasan kita semata. Seolah olah tidak ada campur tangan Tuhan dalam setiap detik yang berlalu.
Kita juga sanggup jadi terbelenggu nafsu dengan ingin meraih sesuatu, mempertahankan yang bukan menjadi hak kita, bahkan sanggup jadi berusaha menghalangi hak orang lain dan pada balasannya sama-sama kita tidak sadari pada balasannya semua tetap akan kembali pada pemilik yang sudah Allah Azzawajalla tetapkan.
Istirahatkan jiwamu dengan sesuatu yang sudah ditetapkan segalanya oleh Sang Pemilik kehidupan.