Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2015 yang lalu. Ketika abang kelas menunaikan kewajibannya menghadapi ujian nasionalnya, kami malah bersenang-senang ke desa Pujon.
PKI itu sendiri diadakan di desa Pujon yang diikuti kelas 2 dan kelas 1. Alasan kami berangkat ke sana memang biar tidak mengganggu ketenangan abang kelas. Kami bertanya kenapa tidak diliburkan saja, sekolah menjawab nanggung alasannya yakni abang kelas hanya 3 hari melaksanakan ujian.
Pingin tahu keseruan yang terjadi ketika kami berada di pujon?
baiklah, baca hingga selesai ya.
daftar isi
Mengenal Desa Pujon
Ini yakni desa terindah yang pernah kami kunjungi. Tidak salah sekolah kami menempatkan kami di sini, selain pemandangannya yang indah juga udaranya sangat segar meskipun di siang hari.
Pujon termasuk dalam wilayah kota Malang dan erat dengan kota Batu. Pujon terletak di dataran tinggi, seandainya nih kalau malang banjir kita sanggup mengungsi ke sini ( just kidd ). Sebagian besar penduduk di sini mata pencahariannya sebagai petani dan peternak.
Sayur-sayuran, buah-buahan dan susu sapi yakni hasil utama dari desa Pujon. Uniknya penduduk di sini di setiap rumahnya terdapat sapi dan hampir seluruh selokan terdapat kotoran sapi.
Bagi kau yang masih jomblo sanggup tuh cari di sini alasannya yakni masih banyak kembang desa, selain itu di desa ini banyak cowok dan pemudi yang nikah muda. Aku saja waktu ke sana pernah ditawarkan oleh anaknya ustadz, apalagi kalian 😀 .
Oh iya, desa Pujon hingga dikala ini bekerja sama dengan perusahaan besar Nestle. Hampir setiap hari kalian kalau ke sana di pagi harinya akan menjumpai orang membawa kaleng susu untuk disetorkan ke KUA, eh salah yang bener KUD.
Pertama Kali Menginjak Tanah Pujon
Kami berangkat ke pujon mengendarai truk dengan rombongan kelas 1 dan kelas 2. Kami dibagi dengan beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri adonan dari kelas 2 dan kelas 3.
Ketika kami sudah hingga di pujon, kami diatur oleh para panitia rumah-rumah yang akan kami tempati. Penyewaan daerah jauh-jauh hari sebelumnya biar tidak mendadak.
Anggota kelompokku sudah berkumpul dan saya dipilih sebagai ketua. Kami kemudian pribadi menuju ke markas kami. Kalau gak salah waktu itu anggotaku ada sekitar 11 orang.
Kami di pujon tidak sanggup seenaknya saja, jadi kami diberi aktivitas kegiatan harian oleh sekolah. Kegiatan menyerupai berkebun, memerah susu sapi, hingga dengan mengajar anak TPQ yang kami harus lakukan.
Awalnya kami tidak terlalu kerasan di sana. Tidak ada akomodasi yang menarik di sana, gak menyerupai di kota yang banyak hiburannya. Mungkin yang paling ada yakni rental PS 2, itupun selalu ramai digunakan oleh anak desa atau gak teman kami yang sudah ngidam game.
Mandi pun juga kami ketakutan alasannya yakni airnya yang sangat masbodoh kaya es, ya kadang kala kami masak air hingga gosong tuh air. Untuk tidur pun kami harus berdesakan alasannya yakni rumahnya sempit dan dihuni oleh 11 orang. Tapi kami tetap menikmatinya alasannya yakni cuma 1 ahad doang.
Aktifitas PKI kami Selama di Pujon
Ya sanggup dibilang aktifitas kami di Pujon tidak mengecewakan anti mainstream. Dari profesi kami sebagai santri tiba-tiba kami juga harus berprofesi sebagai petani, peternak hingga ustadz dadakan.
Kami melaksanakan semuanya dengan bahagia hati. Dengan kegiatan semacam itu persaudaraan kami terpupuk dan tidak ada batasan antara abang kelas dan adik kelas.
Sampai dikala ini ketika kami bertemu dengan salah satu dari mereka kami biasa mengobrol wacana hal-hal keseruan dan mengesankan di Pujon. Ternyata satu ahad saja di pujon efeknya sanggup hingga bertahun-tahun selanjutnya.
Memerah Susu Sapi
Ini yakni kegiatan kami di awal pagi. Bayangkan pagi-pagi kami sudah harus berurusan dengan sapi. Membersihkan kotorannya terlebih dahulu dijamin merasa jorok deh apalagi baunya, tapi kalau sudah sering sih akan terbiasa. Kemudian kami memandikan si sapi alasannya yakni kotoran yang menempel pada tubuhnya ( padahal kami belum mandi).
Dicuci hingga bersih apalagi putingnya biar nantinya susu yang diperas sanggup higienis, Setelah itu gres deh kami mulai memeras susunya. Untuk awal-awal kami melihat dulu cara si pemilik memeras susunya, lancar banget deh pokoknya dalam 2 menit saja gayung sudah terisi penuh.
Kelihatannya praktis sih, jadinya saya mencoba duluan. Ternyata gak semudah kelihatannya, ketika saya mencoba untuk memeras hanya sedikit susu yang keluar dari putingnya, hingga jadinya mengalah juga. Ketika giliran yang lain mencoba untuk memeras, kejadian lucu terjadi. Ada yang putingnya ditarik kencang hingga ketendang kakinya si sapi.
Akhirnya kami serahkan lagi ke pemilik untuk memeras supaya tidak membuang banyak waktu.
Mengantar Susu ke KUD
Selesai sudah memerasnya, 2 kaleng susu terpenuhi. Kami pun ditugaskan pemilik untuk menyetorkan susu ke KUD. Semua warga yang mempunyai sapi perah akan menyetorkan susunya ke KUD, nanti setiap perbulannya akan di kalkulasikan jumlah setorannya untuk di cairkan dalam bentuk uang.
Tampak bersemangat kami berjalan ke KUD, selama di jalan kami bertemu dengan kelompok yang lainnya yang sama-sama juga menyetorkan susu. Kalau rasanya sih kalau dibawa gak terlalu berat, ya kadang kala sih kami bercanda kalau ada kaleng kecil kami bawa sama-sama sedangkan yang besar di bawa sendiri.
Akhirnya sampailah kami di KUD. kami mengantre dengan banyak orang disana untuk menuangkan susu dan diukur oleh petugas KUD. Nantinya kalau sudah banyak terkumpul petugas dari perusahaan Nestle akan mengambilnya dengan tangki truk yang sangat besar.
Setelah selesai menyetorkan, kami basuh lagi kalengnya. Terkadang untuk menunggu waktu sarapan kami ke warung sekitar KUD untuk sekedar membeli gorengan dan secangkir kopi.
Sarapan Pagi
Pokoknya setiap jam 7 kami harus berkumpul ke base campnya panitia. Disana seluruh kelompok tiba untuk sarapan dan penilaian wacana kegiatan selama di rumah penduduk.
Makanan semuanya ditanggung oleh sekolah dan pribadi dimasak di rumah salah satu warga. Menunya bervariasi tapi kalau boleh jujur makanannya lebih yummy daripada di pondok ( mungkin masaknya pakai perasaan kali ya).
Salah satu kejadian unik dan menjengkelkan yang teringat hingga kini adalah, ketika saya makan nasi goreng ada yang bersin sempurna di piringku, adik kelas lagi pelakunya. Otomatis lendirnya nempel di nasiku, mau kupukul orangnya saya kasihan, mau dimakan lagi nasinya sudah gak kuat.
Akhirnya saya tinggalkan itu nasi goreng yang masih utuh padahal cuma beberapa suap saya makan. Mungkin ibu yang masak itu kecewa alasannya yakni masakannya gak dihabiskan, maafkan saya ya bu.
Berkebun
Baiklah kegiatan ini sekilas tidak menyenangkan bagi kami. Masak kami yang berkulit putih dan ganteng ini disuruh berkebun, ya gak level lah ( hehehe… maaf terlalu merendahkan diri). Tapi jadinya kami lakukan meskipun dengan berat hati.
Kami menuju ke kebun pak bodrex ( bener bro, namanya pak bodrex ) warga yang rumahnya kami tempati. Beliau menanam banyak jenis tumbuhan salah satunya tomat. Kebetulan waktu kami ke sana sudah saatnya panen, lumayanlah tinggal petik gak harus mencangkul.
Tak terasa berjam-jam, ternyata berkebun itu menyenangkan. Kami sudah mengumpulkan sekitar 2 karung penuh isi tomat.
Setelah itu ada program untu ( makan ). Seluruh petani ngumpul dan makan bersama-sama, rasanya begitu menyenangkan. kebersamaan dan suasana indah perkebunan menciptakan kami sangat menikmati makanannya.
Aku masih punya dongeng yang lebih menarik dan seru selama di pujon, Dari mengunjungi coban rondo hingga ketertarikan kami sama anak desa, Tertarik?
Baca PKI di Pujon part 2