Halo guys, kayaknya kau masih tertarik aja nih baca lanjutan ceritaku selama di Pujon. Tenang walaupun ada episodenya alur dongeng kami tidak menyerupai pada sinetron-sinetron umumnya yang ceritanya mutar-muter terus gak jelas.
sampai mana kita? oh ya di part 1 menceritakan kegiatan kami pada umumnya, nanti pada part 2 kita akan lebih menceritakan hal-hal yang seru dan daerah wisata alami yang pernah kami kunjungi selama ada di pujon.
Bahkan ketika kami mengajar mengaji dan bagaimana kami sanggup tertarik kepada seorang gadis akan kami ceritakan disini, sepakat ini ia ceritanya untukmu selamat membaca.
daftar isi
Melihat Sunrise
Keindahan alam yang disajikan oleh ilahi begitu mempesona, salah satunya ialah matahari terbit atau istilah gaulnya adalah sunrise. Kami tidak mau melewatkan pagi untuk melihat matahari terbit, kelihatannya kampungan ya padahal cuma lihat matahari toh kita sanggup melihat matahari setiap harinya. Memang sih, namun kau akan mencicipi sensasi ketika melihat matahari terbit ditambah sanggup foto-foto kan.
Kami berencana melihat sunrise di salah satu perbukitan yang tidak mengecewakan agak tinggi, katanya di sana lebih indah alasannya ialah ditambah latar belakang desa pujon yang indah. Selesai sholat shubuh kami eksklusif berencana pergi ke sana.
Perjalanan tidak mengecewakan jauh, kira-kira hampir 1 kilometer. Ternyata kelompok lain juga ada yang kesana, lumayanlah sanggup gotong royong untuk mengurangi rasa capek.
Kami mempercepat langkah supaya tidak telat. Ternyata perbukitannya sudah di keruk dan diratakan, lumayanlah sanggup mempermudah langkah kami. Katanya warga sekitar sih rencananya puncak bukit akan di bangkit sebuah pondok jadi sebagian sudah diratakan.
Alunan musik di MP3 membuat perjalanan terasa menyenangkan. Tak lupa kelompokku juga membawa air, sanggup dibilang jaga-jaga untuk menghilangkan haus nantinya.
Akhirnya sampailah kami di puncak, terlihatlah desa Pujon dan sekitarnya. Rasa capek dan letih terbayarkan sesudah 5 menit kemudian Sunrise mulai muncul. Kami tak mau menyia-nyiakan momen itu eksklusif saja dari kami mengambil beberapa foto untuk diabadikan.
Diatas itu ialah salah satu foto adik kelas berjulukan Rodhi dan Reynaldi. Pose mereka layaknya memegang matahari. Yang suka selfie di antara temanku saya lihat hingga ratusan fotonya ada di kamera, narsisnya luar biasa. Tak berselang usang 15 menit kemudian matahari sudah keluar diantara pegunungan,pertanda pagi hari.
Selama di bukit selain melihat sunrise kami juga melihat-lihat sekitarnya. Ternyata di Pujon banyak cobannya, ketika kami melihat sekeliling dari bukit terdapat coban. Kami berencana untuk ke sana, namun kata salah satu anggota ada yang lebih bagus dari coban itu maka kami tidak jadi kesana dan menentukan coban yang lainnya.
Kami di bukit sekitar setengah jam, tak terasa sudah jam setengah 7 kami berencana untuk kembali pulang. Kami berencana untuk ambil jalan pintas, alasannya ialah jikalau melalui rute yang sama akan memakan lebih banyak waktu.
Rute jalan pintas yang kami pilih memang tidak terlalu mudah, alasannya ialah banyak semak dan flora liar yang menghalangi langkah kami. Tak terasa kami terus melangkah ternyata kami berada di daerah kuburan yang tidak kami sadari sebelumnya.
Untungnya hari sudah pagi jadi tidak ada yang harus ditakutkan. Kami terus melangkah hingga hingga ke jalan raya. Karena hampir jam 7 kami tetapkan eksklusif makan saja di basecamp.
Mengunjungi Coban
Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya bahwa di pujon aneka macam coban, salah satu yang populer ialah coban rondo. Sayangnya jikalau kita ke coban rondo di kenakan karcis, jadi kami menentukan untuk menuju ke coban gratisan dulu gres nantinya ke coban rondo.
Kalau kau belum tahu apa itu coban, coban dalam bahasa indonesia ialah air terjun.
Mandi di Coban Kodok
Kunjungan kami yang pertama ialah menuju ke coban kodok. Salah satu alasan kami ke coban kodok ialah tempatnya yang tidak mengecewakan bersahabat dengan lokasi kami. Setelah aktifitas wajib sudah selesai, bermodalkan pakaian ganti dan kamera anti air kami eksklusif bergegas menuju kesana.
Sama menyerupai yang coban lainnya, kita awalnya memasuki dulu area hutan gres sesudah itu akan hingga di lokasi. Coban kodok termasuk indah juga pemandangannya di sana, hal itu menciptakan kami bersemangat untuk kesana.
Jalan-jalan ke Coban Gerojokan Pitu
Bagiku inilah coban terindah yang pernah saya lihat, namun sayangnya tempatnya sangat jauh kira-kira 2 kilometer. Kami harus melaksanakan persiapan yang lebih jikalau ingin ke sana. Ke sana juga sulit kalau menggunakan sepeda motor jadi lebih mudahnya jalan kaki.
Coban Gerojokan Pitu dalam bahasa indonesia berarti riam yang mempunyai 7 sumber. Coban Gerojokan Pitu tidak terlalu populer dibandingkan dengan Coban Rondo. Selain alasannya ialah terusan jalannya yang terbatas juga kurangnya promosi dari pemerintah setempat.
Kami berangkat di hari ke tiga. Di hari tersebut kami ijin tidak mengikuti kegiatan berkebun alasannya ialah kami berangkat lebih awal. Habis sarapan kami eksklusif berangkat bersama satu kelompok yang lainnya.
Sepanjang perjalanan ke sana kami selalu melewati area perkebunan warga. Sebenarnya ke coban Gerojokan Pitu terdapat 2 pos untuk membantu para pengunjung. Pos pertama ialah daerah informasi mendetail perihal coban Gerojokan Pitu dan pos kedua ialah sebagai daerah peristirahatan.
Setelah melewati area perkebunan kami memasuki area hutan dengan jalan yang ekstrim. Beberapa langkah kemudian bunyi air terjunnya sudah terdengar di pendengaran kami. Kami terus melangkah dan mendaki untuk menuju kesana.
Sampai di sana rasa lelah kami sirna alasannya ialah disuguhi pemandangan yang indah, hijau dan bunyi riam yang tenang.
Kami pulang sekitar jam 2 siang dan hingga di rumah sekitar jam 4. Yang paling lucu ialah ketika si Aan, anak yang paling gendut di antara kami. Ketika kami mau berangkat bajunya kelihatan sangat ketat namun sesudah pulang jadi longgar bajunya.
Wisata ke Coban Rondo
Hari keenamnya kami berwisata ke coban Rondo. Inilah kunjungan wisata terakhir kami sebelum hari besoknya kami akan pulang.
Coban Rondo sangat populer wisatanya bahkan bule pun ada yang berkunjung ke sana. Coban Rondo sendiri sumber mata airnya berasal dari gunung Kawi. Coban ialah ‘air terjun’ sedangkan Rondo sendiri kalau di bahasa indonesia ialah ‘janda’.
Konon ceritanya kenapa dinamakan coban Rondo adalah, ketika ada dua pasangan pengantin yaitu Raden Baron Kusuma yang berasal dari Gunung Anjasmoro dan Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi gres saja menikah.
Usia ijab kabul mereka belum genap 36 hari yang mana dalam budbahasa jawa ketika usia tersebut dilarang keluar rumah jauh-jauh. Mereka nekat keluar rumah untuk berkunjung ke rumah mertua mereka.
Di tengah jalan mereka bertemu Joko Lelono. Joko Lelono sangat terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati. Raden Baron alhasil menyuruh anak buahnya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati ke sebuah lokasi yang terdapat riam ( coban ). Akhirnya mereka bertarung hingga kedua-duanya tewas. Akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda.
Kami ke coban Rondo dengan menyewa kendaraan beroda empat pick up dari salah satu warga. Berbeda dengan coban lainnya, di coban Rondo untuk masuk di kenakan biaya per orangnya. Kira-kira masuknya 8000 rupiah, jadi kami patungan bersama untuk tiket dan sewa mobil.
Uniknya ternyata coban Rondo tersebut gratis untuk pribumi, alhasil kami mengakui kalau kami ialah anak Pujon ( gratis deh ).
Uniknya lagi ternyata Sekolah Menengan Atas Arrohmah Putri juga PKL di sana. Kami melewati Campnya dan pasang gaya yang keren. Ternyata mereka mengenali kami sebagai santri Sekolah Menengan Atas Arrohmah Putra 😀 .
Jadi Ustadz Dadakan
Mungkin ini ialah pengalaman kami yang pertama kali ketika menjadi ustadz. Bayangkan hanya bermodalkan sedikit ilmu dan pengalaman, kami eksklusif disuruh jadi ustadz. Selain grogi juga rasa sungkan alasannya ialah menyingkirkan guru yang sudah usang mengajar di sana.
Mengajar di TPQ merupakan juga salah satu kegiatan wajib dari sekolahan. Di hari yang pertama, kami mencari TPQ yang belum dipesan oleh kelompok lain. Kalau boleh jujur nih, salah satu kriteria kami menentukan TPQ ialah adanya murid wanita yang elok ( maafkan, kami salah niat).
Kelompokku mempunyai 12 anggota, jadi kami memesan 2 TPQ. Kami bagi kelompokknya menjadi dua, namun yang paling banyak ikut aku, soalnya akan banyak murid nantinya.
Benar saja, kami tidak sia-sia menentukan daerah TPQ. Ada satu murid Perempuan kelas 1 Sekolah Menengan Atas yang elok dan putih. Kami pun salah tingkah dan salah niat, Jangan di tiru ya.
Ketika habis sholat magrib, kami kemudian mengajar Al quran. Yang paling lucu ialah ketika kami semua berebutan untuk menyimak ngajinya si gadis itu. Sebagai ketua saya pun juga tidak mau mengalah, dan alhasil jatah itu alhasil menjadi milikku ( asyik ).
Selesai mengajar dan sholat Isya’ , kami pulang. Selama perjalanan pulang, kami terus mengobrol perihal gadis itu. Bahkan Salah satu diantara kami ada yang nekat berencana untuk meminta nomor si gadis tersebut.
Sakitnya Tuh di Sini
Di hari kedua kami mengajar lagi di TPQ tersebut. Di hari itu Haidar ,salah satu anggotaku mengambil jatah untuk menyimak ngaji gadis itu. Sehabis menyimak ia begitu asyik ngobrol dengan anak itu.
Akhirnya ia berhasil mendapat nomornya, bahagianya dia. Langsung tanpa basa-basi ia nekat sms dengan gadis tersebut padahal kami gres saja berkenalan dengannya 2 hari. Tepat sesudah habis sholat isya’ ia mengirimkan sms berisi pesan cinta kepadanya, apa yang terjadi?
Oh My God?!
Ternyata ia ditolak bung. Kami pun selebrasi merayakannya, hari indah telah muncul. Kulihat Haidar tampak muram dan kucoba untuk menghiburnya.
Kuberi ia 2 saran jikalau ingin sanggup si Gadis itu;
- Kamu bantu emaknya memerah susu sapinya biar luluh hatinya ,
- Minum obat ‘Gantengin’ atau,
- Kamu ngaca dulu.
yang sabar ya bro.
Bakti Sosial
Di hari terakhir kami ingin memberi kesan terhadap warga Pujon dengan melaksanakan bakti sosial. Kegiatan bakti sosial kami mencakup kerja bakti membersihkan jalan-jalan dan pembagian baju bekas.
Kami Membersihkan jalan gotong royong dari ujung perbatasan desa dengan batas desa yang lainnya. Kami membawa beberapa kantong plastik dan memunguti sampah satu-persatu.
Setelah kantong itu penuh, akan di kumpulkan jadi satu dan di bakar.
Bagi kami yang di pondok mempunyai banyak stok baju dan ada baju yang tidak terpakai, kami kumpulkan dan nantinya di kasih ke warga Pujon. Pembagiannya sendiri dilakukan di balai desa dan diurus oleh OPH (semacam OSIS). Nantinya warga diperbolehkan menentukan baju yang cocok dan disukainya.
Senangnya kami bederma soleh meskipun hanya satu ahad di sana.
Saatnya Pulang
Truk sudah berada di balai desa, saatnya kami pulang. Tak kami sadari yang awalnya kami tidak terlalu betah di sana sesudah satu minggunya ada kesan mendalam. Di antara kami diberi sebuah kenang-kenangan dari murid mengaji. Kami juga menawarkan mereka sebuah foto lengkap dengan bingkainya sebagai kenang-kenangan.
Tak lupa kami berpamitan dengan pak Bodrex dan istrinya ( sebelumnya saya pernah di kerjain oleh teman-teman ketika minum minuman oplosan dan rasanya menyerupai obat Bodrex, saya berteriak “rasanya kok kaya Bodrex” gak taunya si pemilik rumah ialah pak Bodrex).
Terima kasih telah membaca hingga selesai, semoga menginspirasi.