Sejarah ejaan bahasa Indonesia -? selamat datang, pernahkah kalian berfikir bagaimana sih asal seruan ejaan bahasa indonesia? kok sanggup ya zaman dulu ada kata ‘tempoe doeloe’? bagaimana kok kini sanggup jadi kata ‘tempo dulu’?
saya juga ingin tau dengan pertanyaan ibarat itu. Parahnya sudah susah-susah direvisi ejaannya, eh gak tahunya tiba juga kaum alay yang mencoba menciptakan kata ejaan gres ibarat cemungut eay, kenapa cih, ciyus, miapah, akooh, dan jutaan kata lainnya hehehe 😀 .
Baiklah, pribadi saja kita ke laptop? bahas ihwal materi sejarah ejaan bahasa indonesia. Oh ya jangan lupa baca hingga terakhir ya, soalnya ada kumpulan gambar iklan judul lucu
daftar isi
Pengertian Ejaan
Ejaan sanggup kita anggap peraturannya tulis menulis. Maksudnya yakni sebuah peraturan yang mana bunyi-bunyi yang diucapkan bagaimana sanggup disimbolkan dalam bentuk lambang suara tersebut beserta memilih pemisahan dan penggabungan bahasa tersebut.
Simpelnya yakni hukum ihwal penulisan dan pemakaian huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca.
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia di Abad 7
Ejaan bahasa Indonesia sudah dipakai sejak kerajaan Sriwijaya berdiri. Hal ini sanggup dibuktikan dengan ditemukannya prasasti yang bertulisan bahasa Melayu kuno dengan memakai karakter Pallawa yang sudah dipengaruhi bahasa Sansekerta.
Di kurun itu juga sudah lahir bahasa Jawa namun belum memakai karakter latin dalam penulisannnya.
Melayu kuno begitu cepatnya perkembangannya di sana, lantaran para pedagang baik dari aneh maupun lokal sama-sama memakai bahasa Melayu kuno dalam bertransaksi.
Seiring berjalannya waktu dan masuknya budaya aneh yang dibawa oleh para pedagang dari luar, bahasa Melayu juga mengalami perubahan dalam pengejaannya.
Bahasa melayu lalu di tulis dengan memakai Arab sehingga lahirlah karakter Arab-Melayu. Kemudian banyak karya sastra berhuruf Arab-Melayu yang secara resmi dipakai untuk panduan ejaan dan penulisan sebelum digunakannya karakter latin.
?Kemudian ada tokoh dari Belanda yaitu Pigafetta, de Houtman, Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert dan Joannes Roman yang mulai menulis dan mengeja bahasa Melayu tersebut dengan memakai karakter latin.
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Memasuki kurun ke 20, masyarakat Indonesia mulai menaruh perhatian serius terhadap ejaan tersebut, dari lahirnya ejaan Ophuijsen hingga EYD yang kita kenal hingga sekarang, berikut materinya.
Sejarah Ejaan Ophuijsen
Pada tahun 1901, Charles Van Ophuijsen spesialis dari Belanda berhasil mengumpulkan dan merevisi ejaan dari ejaan kurun ke7, lalu dinamakan dengan Ejaan Van Ophuijsen sesuai dengan bukunya yang berjudul kitab loegat Melayou.
Ciri-ciri Ejaan Van Ophuijsen
- Modelnya hanya dimengerti oleh orang Belanda
- Menggunakan karakter latin
- Bunyi karakter dan kata ibarat logat belanda
- Huruf j mewakili suara ‘y’, contonya jang, pajang, sajang
- Huruf oe mewakili suara ‘u’, contohnya doeloe, goeroe, itoe
- Masih ada imbas arab, contohnya ada koma ‘ain dan tanda trema ibarat ma’moer, dinamaï
- huruf hidupnya kalau ada titik dua diatasnya ibarat ä, ë, ï dan ö menunjukan kalau dibaca sebagai satu kata
- menggunakan karakter tj untuk menuliskan kata: tjinta, tjoekoer, pantjar
- menggunakan karakter dj untuk menuliskan kata: moedjoer, djoedjoer, wadja
Sejarah Ejaan Soewandi
➡37 tahun lalu tepatnya 1938 Masehi, diadakanlah kongres Bahasa Indonesia di Solo membahas ihwal rencana penyempurnaan ejaan Van Ophuijsen. Penyempurnaan tersebut berhasil diselesaikan dan dinamakan Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.
Ejaan tersebut diresmikan menurut Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan pada 15 April 1947 dalam penetapan perubahan ejaan gres dan mulai berlaku sejak penetapan tersebut.
Berikut beberapa revisi ejaan yang dirubah:
Van Ophuijsen 1901 | Soewandi 1947 |
Boekoe ma̢۪lum ̢۪adil mulai masalah tida̢۪ pende̢۪ | buku maklum adil mulai masalah tidak pendek |
Tidak hanya itu, berikut beberapa perubahan pada ejaan Soewandi:
- Tanda petik dihilangkan dan memakai karakter k untuk menggantikannya, contohnya ra’yat menjadi rakyat
- Diperbolehkan menulis dengan angka 2 untuk kata ulang, contohnya bermain-main menjadi ber-main2
- Tanda trema dihilangkan. Misalnya: taät menjadi taat
- Penghilangan garis diatas karakter e yang sebelumnya untuk membedakan contohnya kata sehat dan beras
- Penghilangan e pepet, contohnya yang tadinya sastera menjadi sastra.
Sejarah Ejaan Pembaharuan
➡Di tahun 1954 dilakukan kembali revisi dengan diadakannya kongres bahasa Indonesia II di Medan. Berikut beberapa keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudajaan pada ketika itu, Mr. Muh. Yamin.
- Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu huruf
- Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh satu tubuh yang kompeten
- Ejaan itu hendaknya mudah tetapi tetap ilmiah.
Dari kongres tersebut risikonya menghasilkan nama Ejaan Pembaharuan.
Sejarah Ejaan Melindo
➡Tahun 1956 diadakan kembali kongres di Singapura dengan alasannya evaluasi Ejaan Pembaharuan yang belum praktis. Mereka lalu merevisi konsep ejaan tersebut menjadi ejaan bahasa Indonesia di Indonesia. Akhirnya lahirlah konsep Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia).
Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Karena terjadinya perselisihan dengan Malaysia, risikonya Pada tahun 1972 diadakanlah pertemuan antara Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri.
Mereka berunding dan mendapat beberapa hasil kesepakatan, berikut poin-poinnya:
- berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlaku sistem ejaan Latin bagi bangsa Malaysia dan Indonesia.
- Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972 melahirkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) yang merupakan revisi dari Ejaan Suwandi atau ejaan Republik.
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
- Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
EYD ini dalam perkembangan waktunya mengalami 2 kali revisi yakni pada tahun 1987 Pada tahun 1987 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 ihwal Penyempurnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Kemudian revisi yang kedua yakni pada tahun 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 ihwal Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Perbedaan EYD Dengan Ejaan Sebelumnya
Diterbitkannya EYD yang berlaku hingga ketika ini tidak terlepas dengan tugas tokoh-tokoh yang menilai ejaan-ejaan sebelumnya, dari mulai menggganti karakter hingga mengganti kaidah yang ada.
Berikut beberapa perbedaan EYD yang merupakan Ejaan kini dengan Ejaan terdahulu:
- Adanya karakter ‘c’ yang menggantikan karakter ‘tj’
- adanya karakter ‘j’ untuk menggantikan karakter ‘dj’
- adanya karakter ‘ch’ untuk menggantikan karakter ‘ch’, contohnya achir menjadi akhir
- adanya karakter ‘y’ untuk menggantikan karakter ‘j’
- adanya karakter ‘ny’ untuk menggantikan karakter ‘nj’
- adanya karakter ‘sy’ untuk menggantikan karakter ‘sj’
- adanya karakter ‘j’ untuk menggantikan karakter ‘dj’
Beberapa ketetapan baru:
- Memasukkan karakter f, v, dan z dalam karakter resmi bahasa Indonesia yang mana karakter tersebut berasal dari bahasa asing
- Awalan “di-” dan kata depan “udi” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada referensi di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
- Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak dipakai sebagai penanda perulangan.
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:
- Penulisan huruf, termasuk karakter kapital dan karakter miring.
- Penulisan kata.
- Penulisan tanda baca.
- Penulisan singkatan dan akronim.
- Penulisan angka dan lambang bilangan.
- Penulisan unsur serapan.
Ejaan di Indonesia
Berikut beberapa ejaan yang sudah disahkan pemakaiannya oleh pemerintah :
- Ejaan Van Ophuijsen
- Ejaan Soewandi
- Ejaan Yang Disempurnakan
- Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan yang masih belum diresmikan oleh pemerintah yaitu:
- Ejaan Pembaharuan
- Ejaan Melindo
- Ejaan LBK
Fungsi diadakannya Ejaan Bahasa Indonesia
Keberadaan ejaan terhadap suatu bangsa kiprahnya sangat penting. Dengan dibuatkannya Ejaan, maka suatu bangsa mempunyai suatu landasan untuk pembakuan tata bahasa, kosakata dan peristilahan.
Zaman kini seiring canggihnya teknologi juga memungkinkan masuknya unsur-unsur bahasa aneh ke dalam bahasa Indonesia, nah fungsi ejaan sendiri yakni sebagai penyaring.
Berikut beberapa koleksi iklan jadul lucu yang ada zaman dulu
Daripada pusing-pusing bahas ihwal sejarah ejaan bahasa indonesia, berikut gambar iklan jadul yang sanggup buat kau refresing.
Demikianlah artikel ihwal sejarah ejaan indonesia, supaya kita lebih mengetahui lagi sejarah ejaan bahasa indonesia. Terima kasih.
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia